SUKABUMIKITA.ID – Indeks dolar Amerika Serikat (AS) mencatatkan pelemahan tajam pada akhir pekan, Jumat (23/5/2025), dan berakhir di level terendah dalam tiga pekan terakhir.
Pelemahan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan Uni Eropa, serta sentimen negatif dari kebijakan fiskal dan prospek pemangkasan suku bunga The Fed.
Indeks dolar AS ditutup melemah 0,79% ke posisi 99,11, mencerminkan tekanan pasar yang semakin kuat terhadap mata uang Negeri Paman Sam tersebut.
Ketegangan Perdagangan AS-Uni Eropa Jadi Pemicu Utama
Pelemahan dolar AS salah satunya dipicu oleh pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan rencana penerapan tarif sebesar 50% untuk barang-barang dari Uni Eropa mulai 1 Juni mendatang. Trump menyatakan bahwa negosiasi perdagangan antara kedua pihak “tidak akan membuahkan hasil”.
Pernyataan ini langsung mengguncang pasar keuangan global dan meningkatkan kekhawatiran investor terhadap potensi perang dagang lanjutan yang dapat memperburuk kondisi ekonomi global.
Sentimen Suku Bunga dan Defisit Anggaran Membayangi
Selain faktor eksternal, tekanan terhadap dolar juga datang dari dalam negeri. Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan bahwa pemotongan suku bunga oleh bank sentral AS masih terbuka.
Bahkan, dirinya mengatakan bahwa kemungkinan bisa terjadi dalam rentang waktu 10 hingga 16 bulan ke depan. Ia juga menyebut ancaman tarif baru dari Presiden Trump sebagai “sangat menakutkan” bagi dunia usaha.
Komentar Goolsbee ini memperkuat spekulasi pasar bahwa The Fed akan cenderung melonggarkan kebijakan moneternya, yang biasanya berdampak negatif bagi dolar.
Situasi semakin rumit setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS menyetujui rencana pajak dan pengeluaran pemerintah Trump yang dinilai akan memperparah defisit anggaran AS.
Hal ini menambah tekanan terhadap dolar, terutama setelah lembaga pemeringkat Moody’s memangkas peringkat kredit pemerintah AS dari Aaa menjadi Aa1. Moody’s menyebut defisit anggaran yang membengkak dan ketidakpastian fiskal sebagai alasan utama penurunan peringkat tersebut.
Data Perumahan AS Beri Nafas Sementara
Meskipun begitu, pelemahan dolar sempat tertahan setelah data ekonomi menunjukkan penjualan rumah baru di AS pada April mengalami kenaikan tak terduga sebesar 10,9% dibanding bulan sebelumnya.
Angka ini mencapai 743.000 unit, tertinggi dalam tiga tahun terakhir, dan jauh melampaui ekspektasi pasar yang justru memprediksi penurunan sebesar 4% ke 695.000 unit.
Prospek Perdagangan Awal Pekan
Analis dari Vibiz Research Center memperkirakan bahwa indeks dolar AS masih akan dibayangi sentimen negatif pada awal pekan depan, seiring berlanjutnya ketegangan perdagangan AS-Uni Eropa dan kekhawatiran atas kebijakan fiskal AS.
Secara teknikal, indeks dolar AS diperkirakan akan bergerak dalam kisaran support 98,79 hingga 98,46, dan jika terjadi rebound, kemungkinan menuju kisaran resistance 99,69 hingga 100,26.
Pasar juga kini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) tanggal 17-18 Juni mendatang hanya sekitar 2%. (Cr5)