SUKABUMIKITA.ID – Mimpi buruk bukan sekadar gangguan tidur yang mengganggu kenyamanan istirahat malam. Penelitian terbaru mengungkap bahwa frekuensi mimpi buruk yang tinggi bisa menjadi tanda awal dari risiko demensia, terutama pada pria lanjut usia.
Saat ini, sekitar 55 juta orang di dunia hidup dengan demensia, dan jumlah ini diprediksi akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang. Meski belum ada obat untuk kondisi ini, deteksi dini dapat membantu dalam perawatan dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Salah satu cara mengenali tanda awal demensia adalah dengan memperhatikan pola tidur kita.
Hubungan Antara Tidur dan Risiko Demensia
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pola tidur seseorang bisa menjadi indikator kesehatan otak. Tidur kurang dari enam jam per malam diketahui dapat meningkatkan risiko demensia. Namun, terlalu banyak tidur juga dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi, meskipun hubungan sebab-akibatnya masih belum sepenuhnya dipahami.
Faktor lain seperti waktu tidur, sleep apnea, dan durasi tidur juga berkontribusi dalam memprediksi kemungkinan seseorang terkena demensia. Kini, penelitian terbaru yang diterbitkan dalam The Lancet’s eClinicalMedicine Journal menemukan bahwa mimpi buruk yang sering terjadi bisa menjadi pertanda awal penurunan kognitif.
Mimpi Buruk dan Risiko Demensia
Para peneliti menganalisis hubungan antara frekuensi mimpi buruk dan risiko demensia pada orang dewasa paruh baya serta lansia. Hasilnya, mereka yang mengalami mimpi buruk setiap minggu memiliki risiko demensia yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang jarang atau tidak pernah mengalaminya.
- Orang dewasa paruh baya yang sering mengalami mimpi buruk berisiko 4 kali lipat mengalami penurunan kognitif.
- Pria lanjut usia yang mengalami mimpi buruk mingguan memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar terkena demensia dibandingkan pria yang tidak mengalaminya.
- Pada wanita, peningkatan risiko akibat mimpi buruk hanya sekitar 41%.
Peneliti Abidemi Otaiku dari University of Birmingham menjelaskan bahwa seringnya mimpi buruk mungkin merupakan tanda awal demensia yang muncul bertahun-tahun bahkan puluhan tahun sebelum gejala utama berkembang.
Mimpi Buruk Tidak Selalu Berarti Demensia
Meskipun penelitian ini menunjukkan hubungan yang kuat antara mimpi buruk dan demensia, tidak semua orang yang sering mengalami mimpi buruk akan terkena demensia.
Banyak faktor lain yang dapat menyebabkan mimpi buruk, seperti:
✅ Stres dan kecemasan
✅ Efek samping obat
✅ Gangguan tidur seperti sleep apnea
✅ Konsumsi alkohol atau kafein berlebihan sebelum tidur
Namun, jika mimpi buruk terjadi secara terus-menerus disertai tanda-tanda gangguan kognitif lainnya—seperti mudah lupa, sulit berkonsentrasi, atau perubahan perilaku—maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Langkah Pencegahan dan Deteksi Dini
Meskipun demensia belum dapat disembuhkan, pencegahan dini sangat mungkin dilakukan. Beberapa langkah yang dapat membantu menjaga kesehatan otak meliputi:
- Menjaga pola tidur yang sehat – Tidur cukup 7-9 jam per malam dapat mendukung fungsi otak.
- Konsumsi makanan bergizi – Diet kaya omega-3, sayuran hijau, dan buah-buahan membantu menjaga kesehatan otak.
- Rutin berolahraga – Aktivitas fisik meningkatkan aliran darah ke otak dan mencegah penurunan kognitif.
- Melatih otak – Bermain puzzle, membaca, atau belajar hal baru membantu mempertahankan fungsi otak.
- Interaksi sosial – Menjaga hubungan sosial yang baik dapat mengurangi risiko demensia.
Jika kamu atau orang terdekat sering mengalami mimpi buruk dan merasa ada perubahan dalam kemampuan berpikir atau mengingat, tidak ada salahnya untuk memeriksakan diri lebih awal. Deteksi dini bisa memberikan kesempatan untuk mencegah dan memperlambat perkembangan demensia. (Cr5)